PENDAHULUAN JEMBATAN
Sejalan
dengan berkembangnya ilmu konstruksi beton, telah ditemukan banyak cara /
metode dalam menghitung kekuatan untuk mendapatkan konstruksi beton yang aman
dan ekonomis. Metode–metode tersebut telah sering digunakan, perbedaan yang nampak
dari metode–metode tersebut hanyalah pada pengambilan beberapa faktor-faktor
reduksi yang mungkin disesuaikan dengan keadaan daerah. Faktor–faktor tersebut
didapat dari penelitian dan direkombinasikan oleh para ahli beton untuk
dipergunakan.
Dalam
perencanaan konstruksi beton ini digunakan peraturan- peraturan dan
rumusan-rumusan seperti yang terdapat dalam SK–SNI–T-13-1991 dan beberapa
peraturan- peraturan lainnya.
1.1.
Teori
Tentang Jembatan
Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat
untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun
jalan raya. Jembatan dibangun untuk memudahkan pejalan kaki, kendaraan bermotor
atau kereta api di atas lembah tersebut.
Sejarah
Jembatan
Jembatan pertama yang dibuat dengan konstruksi
kayu untuk menyeberangi sungai. Ada juga orang yang menggunakan dua gulung tali
atau rotan, yang diikat pada bebatuan di tepi sungai. Seterusnya, batu
digunakan, tetapi hanya sebagai rangka. Jembatan gerbang berbentuk melengkung
yang pertama dibuat semasa zaman Emperor Roma, dan masih banyak jembatan dan
saluran air orang Roma yang terkenal hingga sekarang. Orang-orang Roma juga
mempunyai pengetahuan, yang mengurangkan perbedaan kekuatan batu-batu yang
berbeda. Jembatan bata dan mortar dibuat pada zaman kaisar Romawi, setelah
zaman itu, teknologi pengetahuan telah hilang. Pada Zaman Pertengahan,
tiang-tiang jembatan batu biasanya lebih besar sehingga menyebabkan kesulitan
pada kapal-kapal yang melintas di sungai tersebut.
Pada abad ke-18, mulai banyak perubahan
dalam pembuatan jembatan kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan
lain-lain. Dengan kedatangan Revolusi Industri pada abad ke-19, sistem rangka
(truss system) menggunakan besi untuk memajukan pembuatan jembatan yang lebih
besar, tetapi besi tidak mempunyai kekuatan tegangan (tensile strength) yang
cukup untuk beban yang besar. Apabila mempunyai kekuatan tegangan yang tinggi,
jembatan yang lebih besar akan dibuat, kebanyakan menggunakan idea Gustave
Eiffel, yang pertama kali diperlihatkan di Menara Eiffel di Paris, Perancis.
Yang sesuai digunakan untuk pembuatan jembatan yang panjang karena ia mempunyai
kekuatanpada beban yang besar, tetapi beton prategang tersebut mempunyai biaya yang
lebih murah.
Jadi, kemudian "beton prategang"
(reinforced concrete) digunakan - kekuatan ketegangan beton yang lemah diisi
oleh kabel tembaga yang ditanam di dalam beton tersebut.
1.2.
Jenis-jenis
jembatan
Jenis-jenis jembatan dibagi berdasarkan
fungsinya ataupun struktur pembuatannya.
1.2.1.
Berdasarkan
Fungsinya
Suatu jembatan biasanya dirancang sesuai
untuk kereta api, untuk pengendara bermotor atau untuk pejalan kaki. Ada juga jembatan
yang dibangun untuk pipa-pipa besar dan saluran air yang bisa digunakan untuk
membawa barang. Kadang-kadang, terdapat batasan dalam penggunaan jembatan;
contohnya, ada jembatan yang dikususkan untuk jalan raya dan tidak bisa digunakan
untuk pejalan kaki atau pengendara bermotor. Ada juga jembatan yang dibangun
untuk pejalan kaki (jembatan penyeberangan), dan bisa digunakan untuk pengendara
sepeda.
1.2.2.
Jembatan
Upacara Dan Hiasan
Setengah jembatan dibuat lebih tinggi
daripada yang diperlukan, agar pantulan jembatan itu akan membentuk sebuah
bulatan. Jembatan seperti ini, yang sering ditemui di taman oriental, dinamakan
"Jembatan Bulan", karena jembatan tersebut dan pantulannya menyerupai
sebuah bulan purnama.
Seperti di istana-istana jembatan dibangun sungai
tiruan sebagai simbol perjalanan ke tempat ataupun keadaan minda yang penting.
Ada satu set yang terdiri dari lima jembatan yang merentasi satu sungai yang
berbelit-belit di salah satudaerah penting di Bandar Terlarang (Forbidden City)
di Beijing, Cina. Jembatan tersebut hanya boleh dilalui oleh Maharaja,
Permaisuri dan dayang-dayang mereka.
1.2.3.
Dari Segi
Struktur
Perancangan dan bahan dasar pembuatan jembatan
bergantung kepada lokasi dan juga jenis muatan yang akan diterimanya.
Berikut adalah beberapa jenis jembatan yang utama:
a.
Jembatan
Batang Kayu (Log Bridge)
Jembatan ini dibangun apabila manusia
mengambil manfaat dari pohon kayu yang tumbang melintasi sungai. Jadi, tidak
duragukan lagi jika jembatan yang pertama dibuat ialah pohon yang sengaja ditebang
melintasi sungai. Kini, jembatan seperti itu hanya digunakan untuk sementara,
contohnya di tempat-tembatpenebangan liar, dimana jalan yang dibuat hanyalah
untuk sementara dan kemudian ditinggalkan. Ini karena jembatan seperti ini
mempunyai jangka waktu yang pendek disebabkan oleh pohon menyentuh tanah (yang
basah) sehingga menyebabkan pelapukan, serta serangan tumbuhan parasit dan
serangga-serangga lain. Jembatan batang kayu yang tahan lama bisa dibuat dengan
menggunakan tapak beton yang tidak terkenaair dan dijaga dengan baik
c. Jembatan Balok (Beam
bridge)
Jembatan ini juga bisa disebut keturunan
langsung jembatan batang kayu, jambatan balok biasanya dibangun dari profil
balok "I", beton bertulang atau beton prategang (post-tensioned
concrete) yang panjang. Ia kurang digunakan sekarang kecuali untuk jarak yang
dekat. Jembatan ini sering digunakan untuk jembatan pejalan kaki dan juga
jembatan-jembatan yang melewati hutan.
d.
Jembatan
Rangka (Truss bridge)
Jika balok-balok itu disusun dalam bentuk tertentu,
contohnya segitiga, supaya setiap balok hanya menampung sebagian berat struktur
tersebut, maka ia dinamakan jembatan rangka. Jika dibandingkan dengan jembatan balok,
jembatan rangka lebih hemat dalam penggunaan bahan. Rangka bisa menahan beban
yang lebih berat untuk jarak yang lebih jauh menggunakan elemen yang lebih pendek
daripada jembatan balok.
Ada berbagai jenis cara untuk membuat rangka
ini, namun begitu, semuanya menggunakan prinsip penggantian partikel tegangan
dan tekanan. Jika salah satu elemen itu telah diketahui - melalui analisis tegangan
- hanya akan mengalami ketegangan tanpa tekanan atau kenduran, maka ia bisa
dibuat dari batang kayu yang lebih kacil. Bagian atas rangka sering mengalami
tekanan, sewaktu bagian bawahnya mengalami tegangan.
Jembatan ini sering dibuat dengan
menggunakan dua rangka yang dihubungkan dengan partikel-partikelpenopang yang
mendatar untuk membentuk sebuah struktur berbentuk kotak. Jalan yang akan dilewati
bisa dibangun menggunakan partikel-partikel atas atau bawah, atau juga bisa
digantung di tengah-tengah. Jika jembatan itu harus menyeberangi jurang yang
sangat dalam, rangka itu boleh diseimbangkan. Ini sering terjadi jika tebing
yang berlawanan membuat pengerjaan pembangunan jembatan menjadi lebih sulit.
Jembatan rangka bisa dibuat dari hampir
semua bahan yang keras dan kuat, termasuk batang kayu, balok ataupun beton
prategang. Konsep rangka ini juga digunakan dalam jembatan-jembatan yang lain
ataupun komponen-komponen jembatan seperti struktur geladak jambatan gantung.
e. Jembatan Lengkung
Tertekan (Compression Arch Bridge)
Jembatan berbentuk ini adalah antara jembatan
yang paling awal yang dapat melewati jarak yang jauh menggunakan batu bata
ataupun beton. Bahan-bahan ini bisa menerima tekanan yang tinggi tetapi tidak bisa
menahan tegangan yang kuat. Jembatan ini berbentuk lengkung maka sebarang tekanan menegak akan turut
menghasilkan tekanan mendatar di puncak gerbang itu.
Di kebanyakan jembatan lengkung, jalan
diletakkan di atas struktur gerbang itu. Saluran air orang-orang Roma dahulu
menggunakan alat untuk menyusun beberapa jembatan lengkung dibanding jembatan
panjang menuju jembatan pendek apabila ketinggian ditambahkan - untuk mencapai
ketinggian sambil mengeraskan kekuatan struktur tersebut, dengan menghindari
pengaturanpartikel vertikal yang tinggi dan kecil. Jembatan lengkung ini masih
digunakan di terusan-terusan air dan jalan raya karena jembatan ini mempunyai
bentuk yang menarik, terutama apabila ia menyeberangi air karena pantulan lengkung
tersebut membentuk kesan visual berbentuk bulatan dan bujur.
Kebanyakan jembatan lengkung tertekan modern
dibuat menggunakan beton bertulang. Untuk pembuatannya, pendukung sementara
bisa didirikan untuk mendukung bentuk jembatan itu. Apabila beton telah
mengeras, barulah pendukung sementara itu dibuang.
Salah satu variasi kepada jembatan jenis ini
adalah apabila lengkung jembatan itu naik lebih tinggi daripada jalan. Dalam kasus
ini, kabel tembaga menghubungkan jalan dengan lengkung itu.
e. Jembatan Gantung (Suspension Bridge)
Jembatan gantung adalah satu lagi jenis
jembatan yang pertama, dan masih lagi dibuat menggunakan bahan alami, seperti
tali jerami di setengah daerah di Amerika Selatan. Sudah semestinya jembatan
ini diperbarui secara berkala karena bahan ini tidak tahan lama, dan di sana,
bahan-bahan ini dibuat oleh keluarga-keluarga sebagai sumbangan masyarakat.
Sejenis variasi yang lebih abadi, sesuai untuk pejalan kaki dan kadang kala
penunggang kuda bisa dibuat menggunakan tali biasa. Puak Inca di Peru juga
pernah menggunakan jembatan ini pada abad ke-16 untuk jarak sejauh 60 meter.
Bagi jembatan ini, permukaan jalan akan
mengikut lengkungan menurun dan menaik kabel yang membawa beban. Tali tambahan
juga diletakkan pada paras yang lebih tinggi sebagai tempat berpegang. Untuk
berjalan di jembatan seperti ini, dengan cara berjalan seperti meluncur, karena
cara berjalan yang biasa akan menghasilkan gelombang bergerak yang akan
menyebabkan jembatan dan pejalan kaki bergoyang atas-ke-bawah atau
kiri-ke-kanan.
Jembatan gantung modern yang mampu membawa
kendaraan menggunakan dua menara menggantikan pohon. Kabel yang merentangi
jembatan ini perlu ditambat dengan kuat di kedua belah ujung jembatan, karena
sebagian besar beban di atas jembatan akan dipikul oleh tegangan di dalam kabel
utama ini. Sebagai jalannya dihubungkan ke kabel utama dengan menggunakan
jaringan kabel-kabel lain yang digantung menegak. Jembatan seperti ini hanya
cocok digunakan untuk jarak yang jauh, atau tidak memungkinkan didirikan tiang
penahan karena arus deras dan berbahaya. Jembatan seperti ini juga selalu
menjadi suatu pemandangan yang bagus. jembatan ini tidak sesuai untuk digunakan
oleh kereta api karena akan melentur disebabkan oleh beban kereta.
g. Jembatan
Kabel-penahan (Cable-stayed R bridge)
Jembatan kabel-penahan masih terlihat baru.
permukaan jambatan ini menggunakan beberapa kabel yang berlawanan yang
menghubungkan jalan dengan menara. Kabel-kabel penjuru ini diikat dengan tegang
dan lurus (tidak melentur kecuali disebabkan oleh berat sendiri) ke beberapa
tempat yang berlainan di sepanjang jalan. Kabel2 itu boleh diikat di
tengah-tengah jalan (satu jaringan) atau di tepi jalan (dua jaringan). Biasanya
dua menara digunakan, dan kabel-kabel disusun dalam bentuk kipas.
Kelebihan jembatan ini dibanding jembatan
gantung adalah tambatan yang kukuh di ujung jembatan untuk menahan tarikan
kabel tidak diperlukan. Ini disebabkan oleh geladak jambatan itu senantiasa
berada di dalam keadaan tekanan. Ini menjadikan jambatan ini sebagai jambatan
pilihan di tempat-tempat yang keadaan tanahnya kurang baik, asalkan
menara-menaranya boleh dipasak dengan baik.
Antara contoh jembatan kabel penahan yang
terkenal di Malaysia termasuklah Jambatan Pulau Pinang, Jembatan Kedua Muar dan
Jambatan Sungai Johor (yang bakal dibuka pada tahun 2010).
h.
Jembatan
Penyangga (Cantilever bridge)
Jembatan penyangga biasanya digunakan untuk
mengatasi masalah pembuatan apabila keadaan tidak praktikal untuk menahan beban
jembatan dari bawah sewaktu pembuatan. Walaupun dari segi seni pengatur
penyangga sering mempunyai hanya satu bagian, untuk jembatan biasanya dua
bahagian (sepasang) yang serupa dibuat.
Satu kelebihan jambatan ini ialah ia boleh
dibina dengan cuma bekerja menggunakan caisson sementara – ini dilakukan dengan
membuat kedua-dua bagian sekaligus untuk memastikan keseimbangan jembatan itu.
Kebanyakan jembatan penyangga menggunakan sepasang struktur yang serupa, setiap
satu dengan satu menara dan dua penyangga yang terjulur keluar. Kemudian,
apabila siap, jembatan itu biasanya akan ditambat di ujungnya, untuk
mengelakkan penyangga tadi terjungkit, dan menghasilkan celah yang lebar di
antara kedua-dua penyangga tadi. Setelah itu, satu jalan yang telah siap dibina
awal-awal diangkat dan diletakkan di tengah-tengah jambatan itu menggunakan
kabel untuk meyambung kedua-dua bagian. Jika tidak, bagian tengah jalan itu
bisa dibuat ketika itu juga daripada bagian-bagiannya.
Prinsip penyangga ini biasa digunakan dalam
pembuatan jembatan gerbang tertekan. Dalam kebanyakan pembuatan jembatan jarak
jauh moden, menara dan kabel sementara digunakan untuk menahan bagian-bagian
gerbang yang dibuat secara bertingkat. Cara ini agak sama dengan cara pembuatan
jembatan kabel-penahan. Penggunaan menara sementara ini mengurangi jumlah bahan
yang diperlukan dan memudahkan perancangan.
1.3.
Bagian –
bagian Jembatan
Adapun bagian-bagian dari jembatan adalah
sebagai berikut :
1) Pondasi
Tipe pondasi ditentukan setelah mengetahui
keadaan tanah dasarnya melalui data – data hasil sondir atau boring yang
dipakai. Konstruksi pondasi harus cukup kokoh atau kuat untuk menerima beban
diatasnya atau melimpahkannya pada tanah keras dibawahnya. Selain ditentukan
oleh faktor teknis, sistem dan konstruksi pondasi juga dipilih yang ekonomis
dan biaya pembuatan serta pemeliharaannya mudah tanpa mengurangi kekokohan
konstruksi bangunan keseluruhan .Pada perencanaan jembatan ini digunakan
pondasi tiang pancang mengingat letak tanah kerasnya yang terlalu dalam.
2) Pilar
Pilar merupakan tumpuan
gelagar yang terletak di antara ke dua abutment, dimana tujuannya untuk membagi
kedua bentang jembatan agar di dapatkan bentang jembatan yang kecil atau tidak
terlalu panjang untuk menghindari adanya penurunan yang besar pada bangunan
atas.
3)
Abutment
Abutment merupakan tumpuan
dari gelagar jembatan pada bagian ujung beton atau muatan yang diberikan pada
abutment dari bagian atas. Beban jembatan dilimpahkan kepondasi di bawahnya
yang kemudian diteruskan ke tanah. Abutment berfungsi sebagai pemikul seluruh
beban hidup (Angin, kendaraan,dll) dan mati (beban gelagar, dll) pada jembatan.
4) Perletakan
(Andas)
Perletakan (andas) merupakan
tumpuan perletakan atau landasan gelagar pada Abutment. Landasan ini terdiri
dari landasan roll dan landasan sendi. Landasan sendi dipakai untuk menahan dan
menerima beban vertikal maupun horizontal dari gelagar memanjang, sedangkan
landasan roll dipakai untuk menerima beban vertikal sekaligus beban getaran.
5) Gelagar
Memanjang
Gelagar memanjang ini merupakan tumpuan plat
lantai kendaraan dalam arah memanjang. Gelagar ini dipakai profil IWF
6) Gelagar
Diafragma
Merupakan gelagar dengan
arah melintang yang mempunyai fungsi untuk mengikat atau perkakuan antara
gelagar – gelagar memanjang.
7) Lantai
Kendaraan
Merupakan bagian dari
konstruksi jembatan yang memikul beban akibat jalur lalu lintas secara langsung
untuk kemudian disalurkan kepada konstruksi di bawahnya. Lantai ini harus
diberi saluran yang baik untuk mengalirkan air hujan dengan cepat. Untuk
keperluan ini maka permukaan jalan diberi kemiringan sebesar 2 % kearah kiri
dan kanan tepi jalan. Lantai kendaraan untuk jembatan komposit ditopang oleh
gelagar memanjang dan diperkuat oleh diafragma.
8) Trotoar
Merupakan bagian dari
konstruksi jembatan yang ada pada ke dua samping jalur lalu lintas. Trotoar ini
berfungsi sebagai jalur pejalan kaki dan terbuat dari beton tumbuk, yang
menyatu dan homogen dengan plat lantai kendaraan dan sekaligus berfungsi
sebagai balok pengeras plat lantai kendaraan.
9)
Sandaran Pengaman
Berfungsi untuk mengamankan pejalan kaki. Direncanakan
menahan gaya 100 kg/m setinggi 90 cm dari lantai trotoar dengan jarak tiang
sandaran 200 cm. Tiang sandaran dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan
untuk sandarannya dari pipa besi dengan diameter 2,5”, serta parapet dari plat
besi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar